KABARWAKATOBI.COM, WANGI-WANGI-Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia (RI) menjadikan Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) sebagai daerah percontohan. Pasalnya daerah yang memiliki visi menjadikan Kabupaten Wakatobi sebagai Kabupaten konservasi maritim yang sentosa tersebut, dijadikan percontohan budi daya rumput laut yang bahan baku pelampungnya terbuat dari batok kelapa yang ramah lingkungan.
Direktur Perbenihan Direktorat Jenderal (Ditjen) Perikanan Budidaya Kelautan Perikanan, KKP RI Nono Hartanto mengungkapkan, selama ini masyarakat berbudidaya rumput laut menggunakan pelampung yang berasal dari styrofoam (Gabus putih) dan botol plastik.
Menurutnya, itu menjadi masalah lingkungan, sebab kalau sudah pecah akhirnya berhamburan ke pantai-pantai, sehingga KKP memikirkan bagaimana jangan sampai terjadi ekses yang kurang baik dari budidaya rumput laut itu sendiri.
“Di sini ada pelampung yang terbuat dari batok kelapa, nah batok kelapa itu kan sifatnya organik, sehingga terhadap lingkungan pasti ramah. Kemudian di Wakatobi tersedia kelapa yang cukup banyak. Nah ini ada pilot projek yang akan dilakukan di sini dan di tahun ini juga. Kita butuh sekitar 5ribu butir, itu menjadi percontohan kita,” ungkapnya di Wangiwangi Selatan baru-baru ini.
Dia berharap ke depan hal itu bisa diproduksi oleh koperasi atau masyarakat sehingga nanti dapat menjadi satu peluang usaha.
“Bayangkan kalau nanti bisa menggantikan semua pelampung-pelampung dengan batok kelapa itu kan menjadi usaha yang menguntungkan,” katanya.
Nono Hartanto menerangkan, berdasarkan kajian Politeknik komunitas kelautan dan perikanan pelampung dari batok kelapa tersebut bisa bertahan sampai dengan 15 siklus.
“Artinya kalau satu siklusnya 45 hari berarti hitungan kita bisa sampai dua tahun dia bertahan. Kalau botol plastik paling tahan sampai enam bulan sudah bocor, begitu juga styrofoam usianya tidak lama. Dari sisi pemberdayaannya dapat, bisa dimanfaatkan semua, dagingnya dapat, tempurungnya juga bisa dimanfaatkan,” tuturnya.
“Tinggal bagaimana kreatifitas kita saja. Jadi paralel dengan pembangunan Laboratorium unit produksi rumput laut kultur jaringan, mudah-mudahan bulan September atau paling tidak Oktober itu sudah mulai kelihatan,” tambahnya
Menteri KKP RI Sakti Wahyu Trenggono
melalui akun Instagramnya menjelaskan, bahwa baru-baru ini mengunjungi Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan (AKKP) Wakatobi. Di sana dia melihat banyak sekali kegiatan dan inovasi yang dihasilkan oleh para dosen maupun taruna dan taruni AKKP Wakatobi. Di kampus itu, terdapat dua jurusan di yaitu Konservasi dan Ekowisata Bahari.
“Hal menarik perhatian saya adalah upaya AKKP Wakatobi memanfaatkan batok kelapa sebagai pelampung budidaya rumput laut. Harapan saya material ini bisa lebih banyak digunakan untuk mendukung kegiatan budidaya sehingga penggunaan botol plastik bisa dikurangi,” harapnya.
Selain itu, para pengajar serta taruna taruni memiliki program yang disebut One Man One Coral/Mangrove. Melalui program itu, para pengajar dan siswa AKKP Wakatobi mengajak seluruh masyarakat untuk berdonasi coral atau mangrove, dimana 1 orang mendonasikan 1 coral atau 1 pohon mangrove.
Melihat inovasi dan kegiatan para pengajar dan taruna/taruni di AKKP, dia meminta agar inovasi-inovasi tersebut jangan hanya menjadi sebatas pameran atau showcase saja. Namun bagaimana inovasi itu dapat diaplikasikan, bekerja sama dengan Pemerintah Daerah (Pemda)
“Mahasiswa harus turun langsung untuk menyampaikan inovasi dan program-program hebat ini ke masyarakat Wakatobi, agar semua bergerak, dan tujuan kita bersama untuk mewujudkan sektor kelautan dan perikanan yang berkelanjutan dan tercapai,” pungkasnya. (ADM)