KABARWAKATOBI.COM, WANGI-WANGI-Deklarasi perlindungan dan pengelolaan Cagar Biosfer Wakatobi merupakan bukti komitmen masyarakat Suku Bajo untuk menjaga Cagar biosfer Wakatobi.

Hal itu diungkapkan Presiden Suku Bajo Indonesia Abdul Manan pada acara deklarasi suku Bajo Wakatobi dalam perlindungan dan pengelolaan Cagar Biosfer Wakatobi yang dirangkaikan dengan parade 1.000 perahu yang dilaksanakan di pelabuhan Pangulubelo Mandati, Kecamatan Wangiwangi, Selatan (Wangsel), Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra), Rabu (1/5/2024).

“Hari kita ada kesempatan untuk menyatakan tekad mendukung Cagar biosfer Wakatobi yang tahun lalu telah di perpanjang oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO),” katanya.

“Saya kira masyarakat Suku Bajo telah berpartisipasi tapi untuk bisa memberikan makna kepada masyarakat Bajo tentunya kita harus perbaiki, lindung. Sehingga demikian bisa memberikan manfaat terhadap masyarakat.”lanjutnya.

Mantan kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Wakatobi itu menjelaskan, deklarasi perlindungan dan pengelolaan Cagar Biosfer Wakatobi merupakan bukti komitmen masyarakat Bajo. Untuk mendukung dan ikut serta melestarikan sumbernya pesisir dan laut yang ada di Kabupaten Wakatobi yang menjadi Cagar Biosfer dunia.

“Dengan tetap mempertahankan kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam. Kita berharap, Suku Bajo akan mengambil peran lebih dalam kerjasama atau kolaborasi multi pihak. Kami akan menempatkan diri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pihak itu. Untuk memberikan kontribusi lebih terhadap sumbernya perikanan/kelautan dan pariwisata serta sumberdaya lainnya yang ada di Cagar Biosfer Wakatobi ini,” paparnya.

PARADE PERAHU-Ribuan masyarakat Suku Bajo menampilkan atraksi budaya diatas laut.

Abdul Manan menerangkan, jika mereka akan menghimbau masyarakat Bajo yang ada di lima negara yakni di Filipina, Malaysia, Myanmar, Thailand dan Indonesia agar bersama-sama melindungi Cagar biosfer dengan cara pemanfaatan sumberdaya alam secara secara sadar serta menerapkan prinsip-prinsip kebijaksanaan budaya juga tradisi.

“Budaya artinya memanfaatkan sumberdaya dengan penuh kesadaran, bahwa ada yang terbatas. Sehingga kita bisa menerapkan prinsip-prinsip kebijaksanaan, untuk kemaslahatan generasi ke depan,” pungkasnya. (Adm)

Komentar

Silakan masukkan komentar anda!
Masukkan Nama *Wajib