KABARWAKATOBI.COM, WANGI-WANGI-Dalam rangka pelaksanaan riset hilirisasi rumput laut Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wakatobi bersama kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar Focus Group Discussion (FGD) di ruang rapat kantor Bupati daerah setempat.
Forum itu diselenggarakan dalam rangka mendukung pengembangan komoditas rumput laut oleh Kantor Perwakilan BI Sulsel dan Sultra untuk riset mengenai optimalisasi rantai nilai dan akselerasi hilirisasi rumput laut di Kabupaten Wakatobi.
Bupati Wakatobi Haliana, turut hadir dalam acara tersebut didamping oleh Sekretaris Dserah (Sekda) dan Kepala Dinas (Kadis) Perikanan Kabupaten Wakatobi. Melalui FGD itu, Pemda dan tim BI ingin mendengarkan langsung kendala yang dihadapi dari perwakilan kelompok pembudidaya, pengolah, pemasar dan pengepul rumput laut serta peningkatan nilai tambah rumput laut.
Informasi yang diperoleh dari FGD ini akan berguna sebagai masukan dalam merumuskan rekomendasi kebijakan yang mendukung dan memperkuat usaha budidaya dan pengolahan rumput laut serta meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha perikanan.
Bupati Wakatobi Haliana menyebutkan, bahwa Potensi lahan budidaya rumput laut sekitar 5.236,7 Ha dan yang termanfaatkan baru 3.565,5 Ha.
“Wakatobi telah mendapatkan bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berupa sarana Laboratorium Kultur Jaringan atau Unit Produksi Bibit Rumput Laut (UPBRL) yang berlokasi di Desa Numana yang dikelola oleh Koperasi Selat Sempo dengan pendampingan langsung dari Dinas Perikanan dan KKP,” terangnya.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir Seluruh Indonesia (Aspeksindo) itu mengungkapkan, bahwa peluang pasar global terbesar rumput laut adalah China dan Eropa untuk produk makanan, kosmetik dan obat-obatan.
Haliana optimis juga berharap ada jalan keluar untuk semua kendala hilirisasi sektor perikanan, khususnya rumput laut.
“Pihak BI bisa berkolaborasi dengan Pemkab Wakatobi untuk penguatan hilirisasi produk unggulan perikanan di Kabupaten Wakatobi,” tuturnya.
Perwakilan Pimpinan BI Sulsel Oky menyampaikan bahwa tujuan acara tersebut untuk mencari peluang ekspor produksi rumput laut karena potensi rumput laut di Wakatobi cukup tinggi.
“Banyak manfaat rumput laut yaitu untuk bahan baku makanan dan bahan obat-obat kimia,” ujarnya.
Di samping itu, FGD tersebut juga untuk menggali informasi tentang kendala dan hambatan dalam rantai hilirisasi produk rumput laut seperti kendala-kendala dalam proses produksi, logistik, distribusi produk rumput laut.
Salah satu peserta pembudidaya, Syahrul bercerita kendala utama pembudidaya rumput laut adalah permasalahan modal dan fluktuasi harga penjualan.
Selain itu juga perwakilan Unit Pengolahan Ikan (UPI) ANH Food and Drink, Hidah bercerita, bahwa selama ini sudah mendapatkan pendampingan langsung oleh Dinas Perikanan melalui Pelayanan Sipandu 5.0 untuk penguatan daya saing produknya.
“Sementara ini produk kripik rumput laut menjadi produk diminati pelangggan. Namun kami juga berharap dan ingin juga mengolah rumput laut hingga menjadi bubuk agar-agar (ATC) dan beras rumput laut jika ada dukungan dari BI dan Pemkab.
Ketua UPI tersebut menambahkan, bahwa kendala utama lainnya adalah kemasan produk, karena jika dipesan dari luar daerah biayanya cukup mahal.