KABARWAKATOBI.COM, WANGI-WANGI-Festival Perempuan Bajo “Dinda Sama” bakal digelar di Desa Mola Nelayan Bhakti pada tanggal 29-30 November 2025.
Dinda Sama Festival Perempuan Bajo menjadi ruang penting bagi aktivasi perempuan Bajo sebagai simbol pelestari budaya bahari. Festival tersebut tidak hanya menampilkan tradisi turun-temurun, tetapi juga menghidupkan kembali hubungan masyarakat Bajo dengan laut sebagai identitas utama mereka.
Fasilitator Desa Budaya, Rahmat Kaizar, menjelaskan bahwa istilah Dinda merupakan sebutan bagi perempuan Bajo yang merepresentasikan harmoni antara manusia dan laut. Sementara kata Sama menggambarkan bahwa seluruh orang Bajo di mana pun berada adalah satu kesatuan yang setara, atau dalam bahasa Bajo disebut Ala Sama.
“Peran Dinda Sama menjadi simbol nyata penjaga keseimbangan hubungan manusia dan laut. Mereka adalah pusat pewarisan nilai maritim dari generasi ke generasi,” ujarnya.
Namun, kata Rahmat, berbagai perubahan modern seperti pembangunan permukiman yang mendorong perpindahan warga Bajo dari lingkungan pesisir, membuat sebagian masyarakat sulit memahami kembali alam yang selama ini menjadi ruang hidup mereka.
“Ditambah lagi arus informasi media sosial yang masif membuat sebagian generasi muda salah menafsirkan budayanya sendiri. Kondisi tersebut menyebabkan terputusnya rantai pewarisan budaya. Padahal, aktivitas melaut masyarakat Bajo sejak dulu merupakan ruang pendidikan yang sarat nilai, tempat ibu mengajarkan kearifan kepada anak-anaknya dan ayah menurunkan pengetahuan tentang laut. Laut menjadi sekolah pertama mereka,” terangnya.
Diungkapkan Rahmat, festival Perempuan Bajo hadir untuk merajut kembali simpul-simpul budaya yang mulai terurai. Melalui festival iru, nilai kebijaksanaan, cara menghargai alam, hidup secukupnya, serta semangat berbagi yang diwariskan perempuan Bajo kembali ditegaskan sebagai fondasi kehidupan maritim.
Menurutnya, perayaan yang melibatkan langsung perempuan Bajo itu juga memperkuat gotong royong sebagai nilai utama dalam komunitas Bajo. Kehadiran Dinda Sama menjadi bentuk perlawanan terhadap stigma tentang perempuan dan menunjukkan bagaimana peran mereka sangat menentukan keberlanjutan kebudayaan bahari.
“Festival ini menampilkan beragam tradisi seperti ritual Duata, Tradisi Nubba, Sangal dan Nontoh, seni bela diri Panca Silat, permainan tradisional Bakkara, seni tutur Pakana’ang, nyanyian Ikiko dan Balasang Uya Sama, hingga pertunjukan tari serta pameran kuliner tradisional. Seluruhnya dirangkai sebagai media pertemuan warga dalam membangun narasi budaya bersama,” ungkapnya.

Melalui festival itu, diharapkan rasa persaudaraan dan semangat menjaga kebudayaan dapat hidup kembali dalam aktivitas sehari-hari suku Bajo.
“Festival “Dinda Sama” merupakan bagian dari program Pemajuan Kebudayaan Desa yang dirancang, dipersiapkan, dan dilaksanakan langsung oleh masyarakat Suku Bajo di Desa Mola Nelayan Bhakti, dengan dukungan Direktorat Bina Sumber Daya Manusia, Lembaga, dan Pranata Kebudayaan; Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan; Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia,” pungkasnya.

















