SOSIALISASI-KLHK bersama TN dan Pemkab Wakatobi sosialisasi program konservasi Zosterops paruh besar (Kacamata Wangiwangi) di Hotel Wisata, Wakatobi, Sultra, Kamis, (20/7/2023).

KABARWAKATOBI.COM, WANGI-WANGI-Guna meningkatkan kepedulian masyarakat dalam melestarikan burung kebanggaan pulau Wangiwangi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Balai Taman Nasional (TN) dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wakatobi sosialisasi program konservasi Zosterops paruh besar (Kacamata Wangiwangi) di Hotel Wisata, Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis, (20/7/2023).

Kepala Balai TN Wakatobi Darman menyampaikan, kegiatan itu merupakan yang pertamakali dan hal baru bagi Wakatobi, karena Wakatobi selama ini mereka ekspos keluar selalu kekayaan atau keunikan bawah lautnya.

“Di zaman pak Bupati Haliana saat ini, kita tidak hanya membicarakan bawah lautnya karena mungkin bawah lautnya sudah tersebar kemana-mana. Tapi jangan lupa bahwa di Wakatobi itu bukan hanya ada kekayaan bawah laut. Satu-satunya burung di dunia yang hanya ditemukan di Pulau Wangiwangi dan di pulau Wangiwangi tidak semuanya juga bisa ditemukan,” ungkapnya.

Itu adalah hasil dari riset yang dilakukan, kata dia, entah apakah karena Bupati yang memimpin saat ini adalah orang Mandati atau bagaimana. Karena habitat burung tersebut di sekitar situ, di tempat lain juga ada namun sedikit penyebarannya.

Darman menjelaskan, burung Kacamata Wangiwangi itu menurutnya sangat spesifik dan unik, sehingga saat dia di Jakarta berbicara soal burung, orang Jakarta sendiri tanya kepadanya mengapa Taman Nasional laut ngurusin burung.

“Wakatobi itu memang selama ini kita ekspos keluar itu selalu terumbu karang, namun ternyata ada nilai penting lain yang tidak ada di tempat lain, salah satunya kacamata Wangiwangi,” jelasnya.

Dia menerangkan, burung endemik Wakatobi itu ditemukan oleh salah satu peneliti asing, yang menjelaskan bahwa itu burung asli Wakatobi yang tidak ada di tempat lain. Dengan keasliannya itu, kalau di Sultra bangga dengan Anoa, khusus di Wakatobi sudah mulai memikirkan bagaimana dengan kebanggaan yang tidak ada di tempat lain tersebut.

“Jangan sampai kita terlambat, dengan artian kita membiarkan burung ini di alam sendiri tidak diurus. Tetapi pada akhirnya nanti orang lain dari luar yang akan bercerita banyak, terkait dengan bagaimana melestarikan atau bagaimana populasi burung Kacamata Wangiwangi ini di alam,” katanya.

Darman berkata, ke depan mereka akan ada program dengan Kepolisian untuk masuk ke Dinas Pendidikan menceritakan bagaimana nilai penting Kacamata Wangiwangi itu..

Berbicara nilai penting ini kaitannya dengan pendidikan Biologi yang ada di sekolah-sekolah bagaimana membantu penyerbukan, bagaimana membantu petami supaya tanaman-tanamannya tidak di serang oleh hama.

“Karena pakan dari Kacamata Wangiwangi ini adalah ulat. Ulat itu bagi petani adalah hama. Jadi keseimbangan antara populasi yang ada di alam, dengan tujuan petani atau saudara-saudara kita yang berkebun, kalau ini keseimbangannya tidak terjaga di alam mungkin nilai produksi akan terganggu,” paparnya.

“Ini momentum penting, tidak mudah menemukan suatu jenis baru. Mudah-mudahan bukan kebetulan karena di eranya pak Bupati Haliana, kita bisa mencatatkan di catatan Internasional. Bahwa ada jenis yang tidak ada di tempat lain yang hanya ada di Wakatobi,” tuturnya.

Bupati Wakatobi Haliana mengatakan, burung Kacamata perlu dilindungi, bukan hanya melindungi karang, ikan, akan tetapi semua pihak wajib melindungi alam Wakatobi. Burung Kacamata Wangiwangi, merupakan salah satu bukti pengakuan dari wisawatan.

“Dulu Wakatobi hanya mengandalkan keindahan lautnya, nah sekarang ini sudah ada jawabannya. Ada lagi yang bisa kita banggakan, jika cendrawasih di Papua, rupanya di Wakatobi ada juga yakni burung kacamata Wangiwangi,” pungkasnya. (ADM)

Komentar

Silakan masukkan komentar anda!
Masukkan Nama *Wajib